"Wanita Terpilih"
Ilustrasi peringatan hari Kartini.
Film "Wanita Terpilih" Ulas Perjalanan Hidup Kartini
Film yang berdurasi 60 menit tersebut, menceritakan perjalanan Kartini sejak lahir hingga meninggal.
Raden Adjeng Kartini cukup akrab di telinga masyarakat Jepara, terutama
kalangan pelajar yang menganggap sebagai pejuang emansipasi perempuan
asal Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Semasa hidupnya, Kartini yang merupakan anak dari Raden Mas Adipati Ario
Sosroningrat, Bupati Jepara masa itu, dikenal sangat getol
memperjuangkan gerakan emansipasi perempuan di Indonesia.
Kartini memiliki cita-cita mencerdaskan kaum perempuan agar memiliki
kesetaraan dengan kaum laki-laki, sehingga tidak dianggap sebagai kaum
lemah pada masanya.
Perjuangan Kartini tidak sebatas berupaya mendobrak tradisi patriarki
Jawa tentang keterbatasan perempuan, akan tetapi dia juga memiliki
kemampuan menulis yang sering dimuat di surat kabar De Lokomotif
Semarang serta memiliki jiwa seni yang cukup tinggi.
Dia juga mampu menginspirasi para perajin mebel di Jepara pada masa itu,
untuk membuat desain yang menarik serta pengemasannya agar bisa dijual
ke luar negeri.
Ternyata, sejumlah generasi muda di Jepara hanya sekadar mengenal RA
Kartini sebagai pejuang emansipasi perempuan, sedangkan perannya yang
lain belum cukup familiar di telinga mereka.
"Lewat film perjalanan Kartini yang berjudul 'Wanita Terpilih',
seharusnya bisa menggugah kesadaran masyarakat, terutama generasi muda
untuk lebih mengenal perjuangan Kartini di berbagai bidang, tidak hanya
sekadar dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita," kata Ketua Panitia
Kegiatan Pemutaran film "Wanita Terpilih", Sholikul Huda, di Jepara.
Meskipun belum mendapatkan tanggapan positif dari pemerintah setempat
untuk memasyarakatkan film tersebut, Huda mencoba bertindak proaktif
dengan memutar film perjalanan Kartini semasa hidupnya secara gratis.
Pemutaran film "Wanita Terpilih" pada Jumat (20/4) malam, katanya, mendapat respons positif dari masyarakat Jepara.
Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan jumlah masyarakat yang ingin
menonton film tersebut di aula Museum Kartini Jepara di Alun-alun Jepara
mencapai 107 pengunjung. Padahal, kegiatan tersebut tidak
dipublikasikan secara maksimal, karena keterbatasan anggaran.
Jangka panjang, katanya, film tersebut akan diputar di masing-masing
sekolah di Jepara, agar para pelajar memahami makna Hari Kartini, tidak
sekadar mengikuti upacara, lomba memasak, dan rias.
Akan tetapi, kata dia, memaknainya harus lebih komprehensif, karena
semangat Kartini tidak hanya soal emansipasi wanita, bahkan lewat film
tersebut juga ditunjukkan peran Kartini dalam mengembangkan mebel Jepara
menjadi dikenal dunia serta kebiasannya melakukan korespondensi
mengantarkannya menjadi salah seorang jurnalis.
Pemutaran film tersebut bertepatan dengan Peringatan Hari Kartini,
katanya, tidak hanya digelar pada Jumat (20/4) malam, akan tetapi Sabtu
(21/4) juga dilakukan pemutaran pada pukul 09.30 WIB dab pukul 14.00
WIB.
Sedangkan Minggu (22/4) diputar tiga kali, yakni pukul 09.00 WIB, 10.30 WIB, dan 14.30 WIB.
Pemeran dalam film perjalanan Kartini tersebut, merupakan warga Jepara
dengan proses pengambilan gambarnya membutuhkan waktu sekitar 15 hari
pada 2010.
Muhammad Rifki, salah seorang pelajar dari SMKN 3 Jepara yang kebetulan
sudah melihat film tersebut yang diputar Jumat (20/4) malam, mengaku,
cukup senang bisa melihat perjalanan Kartini dari lahir hingga meninggal
lewat film.
Ia mengakui, pemahamannya soal sejarah Kartini masih minim, karena yang
sering didengar dan dibaca sebatas sebagai pejuang emansipasi wanita,
sedangkan perjuangannya di bidang lain jarang terpublikasi.
Lewat film tersebut, dia berharap, bisa diputar di sejumlah sekolah,
agar pengetahuan pelajar soal Kartini lebih lengkap, sehingga untuk
memaknai Hari Kartini juga tidak salah.
Film yang berdurasi 60 menit tersebut, menceritakan perjalanan Kartini sejak lahir hingga meninggal.
Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, Kartini berteman dengan anak
keturunan Belanda. Akan tetapi, Kartini tidak bisa melanjutkan sekolah,
sedangkan temannya bisa melanjutkan hingga ke jenjang lebih tinggi.
Meskipun sudah berpisah, keduanya masih sering berkomunikasi lewat
surat. Setelah terbebas dari pingitan, Kartini mulai mendirikan sanggar
pendidikan untuk mengajar warga sekitar, terutama para perempuan.
Selain itu, Kartini juga memberikan inspirasi para perajin mebel untuk
membuat desain yang lebih bagus serta pengemasan barangnya juga hasil
ide Kartini karena diperkenalkan kepada pembeli di Belanda.
Kartini juga menularkan keahliannya di bidang batik tulis, meski
perjuangannya memajukan Jepara harus tertunda karena dirinya harus
menikah dengan Bupati Rembang masa itu.
Seremonial peringatan Hari Kartini
Selama ini, peringatan Hari Kartini terkesan hanya sekadar seremonial
yang kurang bermakna, karena hanya sekadar mengikuti upacara dengan
mengenakan pakaian kebaya bagi para perempuan serta sejumlah lomba yang
cenderung mengesploitasi hal-hal yang dianggap merupakan pekerjaan kaum
perempuan.
Penulis buku Kartini yang juga warga Jepara, Hadi Priyanto berharap,
peringatan Hari Kartini harus lebih bermakna, terutama memahami dan
mempelajari proses perjuangan Kartini semasa hidupnya.
"Jangan hanya sekadar mengetahui pahlawan emansipasi yang diperingati
setiap 21 April, akan tetapi kita juga harus mewarisi semangatnya,"
ujarnya.
Ia mengaku, galau dengan generasi muda sekarang karena lebih
mengutamakan hal-hal yang bersifat seremonial, seperti upacara, membaca
puisi, menyanyi, maupun mengenakan pakaian kebaya.
Padahal, katanya, puisi Kartini memiliki latar belakang dan tidak hanya sekadar dibuat, demikian halnya surat-surat Kartini.
Berdasarkan sejarah, katanya, mebel Jepara bisa dikenal hingga ke luar
negeri, salah satunya karena peran Kartini yang mampu mengenalkan produk
khas Jepara tersebut ke Negeri Belanda pada usianya yang baru belasan
tahun.
"Pokok-pokok pikiran Kartini juga dijadikan pedoman bagi mahasiswa asal Indonesia yang ada di Belanda pada masa itu," ujarnya.
Sutradara film "Wanita Terpilih", Bambang Hengky mengakui, bukan asli
Jepara, akan tetapi dirinya berkeyakinan tidak banyak orang yang
mengetahui sosok Kartini sesungguhnya.
Termasuk sosok Kartini sebagai seorang jurnalis, katanya, jarang
diketahui publik, meskipun tulisannya sering dimuat di harian De
Lokomotif Semarang.
Gunakan bintang lokal
Bambang Hengky mengaku tidak memilih bintang film terkenal untuk
berperan dalam film "Wanita Terpilih", karena dia ingin memotivasi
masyarakat Jepara untuk lebih memahami perjuangan Kartini.
"Film 'wanita terpilih', saya anggap sebagai karya monumental," ujarnya.
Bahkan, katanya, ketika pengambilan gambar pada salah satu adegan,
hampir semua kru film menangis karena ikut menjiwai jalan cerita film
tersebut yang menunjukkan perjuangan keras Kartini.
sumber : http://www.beritasatu.com/mobile/film/43885-film-wanita-terpilih-ulas-perjalanan-hidup-kartini.html