Tepat
hari Sabtu ini adalah hari lahirnya R.A Kartini dan hari lahir beliau
diperingati sebagai hari nasional. Siapa juga sih yang tidak kenal wanita yang
satu ini? Sebagai bangsa Indonesia dan khususnya penulis yang bertugas juga
sebagai kaula muda penerus bangsa, sudah sepantasnya tahu dan mendalami
sikap-sikap juang beliau yang begitu besar. Karena usaha dari beliau pula
sekarang ini nasib kaum wanita di Indonesia khususnya, mendapatkan persamaan
derajat dengan kaum pria. Wanita dapat berprofesi sebagai apapun. Tak hanya
menjadi pengurus rumah tangga dan suaminya, terus-menerus berada di rumah tanpa
tahu apa yang telah terjadi dan berkembang di dunia luar sana.
Di
postingan ini, penulis akan menghadirkan salah satu tulisan mengenai perjuangan
R.A Kartini. Bukan hanya biografinya saja lho! J
***
Sejak
remaja, Kartini dan adik-adiknya, telah mengambil hati keluarga Abendanon dan
keluarga Ovink Soer. Itu karena Kartini memang berbeda dengan kebanyakan perempuan
Jawa pada masa itu. Bukan karena status sebagai anak putri Bupati, yang membuat
Kartini spesial. Tetapi kecermelangan pikiran, kehalusan perasaan, dan gelora
semangat dalam jiwa yang tertulis dalam surat-surat yang panjang, maupun dalam
artikel-artikel di media cetak masa itulah yang membuat diri Kartini berbeda
dengan perempuan pada umumnya.
R.A Kartini dan saudari-saudarinya
Bahkan
setelah dewasa, semakin banyak orang terkenal dan berkedudukan tinggi
memerlukan datang ke kota kecil Jepara hanya untuk bertemu dan bercakap-cakap
dengan Kartini. Sampai-sampai Kartini beserta kedua adiknya, Rukmini dan
Kardinah mendapat julukan charmeuses (baca: camoas) yang berarti Wanita-wanita
yang Menawan Hati dari Mr. Pieter Sijthoff, Residen Semarang. Bahkan, tak
seorangpun diantara tamu-tamunya yang tidak terpengaruh oleh ketiga charmeuses itu.
R.A Kartini dan suaminya R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat
Apa
yang ada pada pribadi Kartini sehingga memiliki daya tarik yang demikian besar?
Tentu bukanlah karena kecantikan wajah dan fisik ataupun kecantikan lahiriah
semata. Namun di dalam pribadi Kartini, menurut hemat saya, terdapat sedikitnya
3 hal penting sebagai berikut.
Pertama,
kecantikan pikirannya. Harus diakui, Kartini memiliki kecerdasan yang luar
biasa. Di usia belasan tahun, beliau sudah melahap bacaan sastra kelas dunia.
Pengetahuannya begitu luas, maju melampaui jamannya. Dalam ratusan surat yang
beliau tulis, bisa terbaca kehebatan pemikiran, cita-cita dan perjuangannya.
Selain memperjuangkan pendidikan bagi para gadis Bumi Putra, Kartini juga
menyorot berbagai ketimpangan sosial, antara lain diskriminasi pendidikan
perempuan, pernikahan dini, poligami, kemiskinan dan kebodohan serta
kemerdekaan bangsa.
Kemampuan
analisisnya setajam silet, ia mengkritisi apapun yang tak sesuai dengan logika.
Jangankan adat, pengajaran Islam pun tak luput dari kritiknya. Bukan karena
apa-apa, tetapi lebih karena beliau tak mendapat akses belajar mengenai Islam,
khususnya Al Quran. Beruntung, beberapa tahun menjelang wafat, Kartini mendapat
kesempatan mempelajari Al Quran melalui terjemahan bahasa Jawa. Di akhir usia
yang cukup pendek, 25 tahun, beliaupun hidup damai dalam pelukan Islam hingga
InsyaAllah khusnul khatimah saat berpulang ke pangkuan Allah Swt.
Kedua,
kecantikan hatinya. Kartini memiliki kepekaan yang sangat terhadap penderitaan
bangsa. Hati nuraninya sering terasah saat bersama Sang ayah, sang Bupati
Jepara, berkeliling daerah saat bencana menimpa. Di saat lain, hatinya
seringkali berkata tidak untuk setiap ketidakadilan yang menyengsarakan
bangsanya. Dan semua itu dituliskan dalam surat-suratnya dalam bahasa sastrawi yang sungguh indah dan menyentuh hati siapapun yang membaca.
Ketiga,
kecantikan jiwanya. Oh, saya sering menangis bila terlalu larut saat membaca
surat-surat beliau. Saya tak bisa berkata-kata saat menangkap keindahan
mimpinya, cita-citanya, jiwanya yang ingin merdeka, serta komitmennya kepada
Islam. Akhlak Kartini sungguh terpuji, beliau sangat menyayangi dan menghormati
kedua orangtua, serta taat pada suami.
Kemudian,
spiritnya yang tak pernah padam untuk memulai perjuangan mewujudkan cita-cita mulia,
kemerdekaan bangsa, sungguh luar biasa. Walau seorang diri, ia mulai perjuangan
itu, ia tanggung deritanya. Karena kegigihan jiwanya pula, Kartini berhasil
mempertahankan Islam sebagai agamanya. Bujuk rayu untuk berpindah agama yang
datang bertubu-tubi, selalu ditolak dengan santun. Hanya perempuan yang
memiliki kesabaran dan ketangguhan saja, yang kuat melakukan itu semua.
Demikianlah,
tiga hal penting tersebut di atas, yaitu kecantikan pikiran, hati dan jiwa,
bersatu di dalam diri Kartini hingga membentuk kecantikan pribadi-utuh nan
penuh pesona. Penampilan Kartini yang sederhana tak mampu menutupi kecantikan
pikiran, kemuliaan hati, serta keindahan jiwanya. Itulah pesona inner beauty
Kartini! Itulah kecantikan yang seharusnya menginspirasi para wanita Indonesia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar