Senin, 23 April 2012

"Wanita Terpilih"



Ilustrasi peringatan hari Kartini.
Film "Wanita Terpilih" Ulas Perjalanan Hidup Kartini
Film yang berdurasi 60 menit tersebut, menceritakan perjalanan Kartini sejak lahir hingga meninggal.

Raden Adjeng Kartini cukup akrab di telinga masyarakat Jepara, terutama kalangan pelajar yang menganggap sebagai pejuang emansipasi perempuan asal Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

Semasa hidupnya, Kartini yang merupakan anak dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, Bupati Jepara masa itu, dikenal sangat getol memperjuangkan gerakan emansipasi perempuan di Indonesia.

Kartini memiliki cita-cita mencerdaskan kaum perempuan agar memiliki kesetaraan dengan kaum laki-laki, sehingga tidak dianggap sebagai kaum lemah pada masanya.

Perjuangan Kartini tidak sebatas berupaya mendobrak tradisi patriarki Jawa tentang keterbatasan perempuan, akan tetapi dia juga memiliki kemampuan menulis yang sering dimuat di surat kabar De Lokomotif Semarang serta memiliki jiwa seni yang cukup tinggi.

Dia juga mampu menginspirasi para perajin mebel di Jepara pada masa itu, untuk membuat desain yang menarik serta pengemasannya agar bisa dijual ke luar negeri.

Ternyata, sejumlah generasi muda di Jepara hanya sekadar mengenal RA Kartini sebagai pejuang emansipasi perempuan, sedangkan perannya yang lain belum cukup familiar di telinga mereka.

"Lewat film perjalanan Kartini yang berjudul 'Wanita Terpilih', seharusnya bisa menggugah kesadaran masyarakat, terutama generasi muda untuk lebih mengenal perjuangan Kartini di berbagai bidang, tidak hanya sekadar dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita," kata Ketua Panitia Kegiatan Pemutaran film "Wanita Terpilih", Sholikul Huda, di Jepara.

Meskipun belum mendapatkan tanggapan positif dari pemerintah setempat untuk memasyarakatkan film tersebut, Huda mencoba bertindak proaktif dengan memutar film perjalanan Kartini semasa hidupnya secara gratis.

Pemutaran film "Wanita Terpilih" pada Jumat (20/4) malam, katanya, mendapat respons positif dari masyarakat Jepara.

Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan jumlah masyarakat yang ingin menonton film tersebut di aula Museum Kartini Jepara di Alun-alun Jepara mencapai 107 pengunjung. Padahal, kegiatan tersebut tidak dipublikasikan secara maksimal, karena keterbatasan anggaran.

Jangka panjang, katanya, film tersebut akan diputar di masing-masing sekolah di Jepara, agar para pelajar memahami makna Hari Kartini, tidak sekadar mengikuti upacara, lomba memasak, dan rias.

Akan tetapi, kata dia, memaknainya harus lebih komprehensif, karena semangat Kartini tidak hanya soal emansipasi wanita, bahkan lewat film tersebut juga ditunjukkan peran Kartini dalam mengembangkan mebel Jepara menjadi dikenal dunia serta kebiasannya melakukan korespondensi mengantarkannya menjadi salah seorang jurnalis.

Pemutaran film tersebut bertepatan dengan Peringatan Hari Kartini, katanya, tidak hanya digelar pada Jumat (20/4) malam, akan tetapi Sabtu (21/4) juga dilakukan pemutaran pada pukul 09.30 WIB dab pukul 14.00 WIB.

Sedangkan Minggu (22/4) diputar tiga kali, yakni pukul 09.00 WIB, 10.30 WIB, dan 14.30 WIB. 

Pemeran dalam film perjalanan Kartini tersebut, merupakan warga Jepara dengan proses pengambilan gambarnya membutuhkan waktu sekitar 15 hari pada 2010.

Muhammad Rifki, salah seorang pelajar dari SMKN 3 Jepara yang kebetulan sudah melihat film tersebut yang diputar Jumat (20/4) malam, mengaku, cukup senang bisa melihat perjalanan Kartini dari lahir hingga meninggal lewat film. 

Ia mengakui, pemahamannya soal sejarah Kartini masih minim, karena yang sering didengar dan dibaca sebatas sebagai pejuang emansipasi wanita, sedangkan perjuangannya di bidang lain jarang terpublikasi.

Lewat film tersebut, dia berharap, bisa diputar di sejumlah sekolah, agar pengetahuan pelajar soal Kartini lebih lengkap, sehingga untuk memaknai Hari Kartini juga tidak salah.

Film yang berdurasi 60 menit tersebut, menceritakan perjalanan Kartini sejak lahir hingga meninggal.

Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, Kartini berteman dengan anak keturunan Belanda. Akan tetapi, Kartini tidak bisa melanjutkan sekolah, sedangkan temannya bisa melanjutkan hingga ke jenjang lebih tinggi.

Meskipun sudah berpisah, keduanya masih sering berkomunikasi lewat surat. Setelah terbebas dari pingitan, Kartini mulai mendirikan sanggar pendidikan untuk mengajar warga sekitar, terutama para perempuan.

Selain itu, Kartini juga memberikan inspirasi para perajin mebel untuk membuat desain yang lebih bagus serta pengemasan barangnya juga hasil ide Kartini karena diperkenalkan kepada pembeli di Belanda.

Kartini juga menularkan keahliannya di bidang batik tulis, meski perjuangannya memajukan Jepara harus tertunda karena dirinya harus menikah dengan Bupati Rembang masa itu.  

Seremonial peringatan Hari Kartini      

Selama ini, peringatan Hari Kartini terkesan hanya sekadar seremonial yang kurang bermakna, karena hanya sekadar mengikuti upacara dengan mengenakan pakaian kebaya bagi para perempuan serta sejumlah lomba yang cenderung mengesploitasi hal-hal yang dianggap merupakan pekerjaan kaum perempuan.

Penulis buku Kartini yang juga warga Jepara, Hadi Priyanto berharap, peringatan Hari Kartini harus lebih bermakna, terutama memahami dan mempelajari proses perjuangan Kartini semasa hidupnya.

"Jangan hanya sekadar mengetahui pahlawan emansipasi yang diperingati setiap 21 April, akan tetapi kita juga harus mewarisi semangatnya," ujarnya.

Ia mengaku, galau dengan generasi muda sekarang karena lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat seremonial, seperti upacara, membaca puisi, menyanyi, maupun mengenakan pakaian kebaya.

Padahal, katanya, puisi Kartini memiliki latar belakang dan tidak hanya sekadar dibuat, demikian halnya surat-surat Kartini.

Berdasarkan sejarah, katanya, mebel Jepara bisa dikenal hingga ke luar negeri, salah satunya karena peran Kartini yang mampu mengenalkan produk khas Jepara tersebut ke Negeri Belanda pada usianya yang baru belasan tahun.

"Pokok-pokok pikiran Kartini juga dijadikan pedoman bagi mahasiswa asal Indonesia yang ada di Belanda pada masa itu," ujarnya.

Sutradara film "Wanita Terpilih", Bambang Hengky mengakui, bukan asli Jepara, akan tetapi dirinya berkeyakinan tidak banyak orang yang mengetahui sosok Kartini sesungguhnya.

Termasuk sosok Kartini sebagai seorang jurnalis, katanya, jarang diketahui publik, meskipun tulisannya sering dimuat di harian De Lokomotif Semarang.

Gunakan bintang lokal 

Bambang Hengky mengaku tidak memilih bintang film terkenal untuk berperan dalam film "Wanita Terpilih", karena dia ingin memotivasi masyarakat Jepara untuk lebih memahami perjuangan Kartini.

"Film 'wanita terpilih', saya anggap sebagai karya monumental," ujarnya. Bahkan, katanya, ketika pengambilan gambar pada salah satu adegan, hampir semua kru film menangis karena ikut menjiwai jalan cerita film tersebut yang menunjukkan perjuangan keras Kartini. 

sumber : http://www.beritasatu.com/mobile/film/43885-film-wanita-terpilih-ulas-perjalanan-hidup-kartini.html

Tidak ada komentar: